Kata
orang kalau lagi jatuh cinta itu berjuta rasanya, kata orang kalau lagi jatuh
cinta itu dunia milik kita berdua. Tapi bagi kami (dahulu) jatuh cinta adalah
anugrah yang sakral yang diberikan tuhan. Perkenalkanlah, namaku adalah Susanti
(nama samaran),aku tinggal di Paris kabupaten Sukoharjo. Saat ini aku duduk di
kelas 11 di sebuah SMK ternama di kota Surakarta. Disinilah tempatku menimba
ilmu (bukan menimba air di sumur), tempatku mencari teman dan cinta sejati.
Ngomong-ngomong
tentang cinta, aku adalah manusia yang awam akan hal itu. Rasanya seperti
alergi yang teramat mengerikan bila ku mendengar hal itu. Tapi teryata itu
adalah hal terindah yang pernah kurasakaan setelah aku mengenal salah satu pria
di sekolah ku. Sebut saja namanya Didin (nama samara juga). Dia adalah murid
kelas 10, dan satu sekolah juga denganku.
Katanya
cinta itu buta, tapi kenapa cinta tau mana mobil dan mana motor?? Ah tapi itu
bukan yang ku maksud, karna yang kulihat adalah hidungnya yang mancung itu
memberikan kharisma tersendiri bagiku hahahaha.
Entah
bagaimana ceritanya, awal mulanya kita masuk dalam 1 organisasi yang sama yakni
OSIS. Dia sebagai junior dan aku sebagai senior. Rajin, aktif dan baik..yha
itulah hal yang kulihat dari dia saat berada dalam salah satu kegiatan yang
digawangi oleh organisasi kami. Lama kelamaan kita pun dekat dan akrab. Kebetulan
juga, kelasnya berada tepat di depan kelasku…jadi setiap pagi sebelum masuk
sekolah kita saling menyapa di depan kelas kita masing-masing dan saling
melempar senyuman. Sampai-sampai ada temen yang mengetahui dan akhirnya mereka
tau kalau aku sedang dekat dengan Didin.
Setiap
hari di sekolah selalu bertemu, setiap rapat dalam organisasi selalu bertemu.
Melihat senyumnya adalah hal terindah dalam hidupku (memang benar adanya).
Didin adalah sosok yang religius, bahkan pernah dia mau meminjam buku
pelajaranku..seingatku (Al-Qur’an Hadits, Fikih dan Aqidah Akhlak) bagiku itu
adalah hal yang aneh sekali, karna biasanya anak muda seperti dia lebih sering
meminjam buku novel di perpustakaan daripada meminjam buku islami seperti itu
(kembali lagi ke sifat religiusnya). Dia mengambil buku tersebut langsung dari
kelasku, tanpa sepengatahuan teman sekelas yang menyadarinya (syukurlah).
Setiap
sepulang sekolah, tepatnya adalah malam hari. Aku dan Didin selalu sms-an.
Tanya ini dan Tanya itu, sempat suatu saat Didin memberiku ucapan selamat tidur
dengan akhiran kata bertuliskan ‘’I Love You’’ entah petir apa yang barusan
menyambarku, yang jelas itu bukan petir tapi kenyataan dari sebuah pesan
singkat. Dan kutanya apa maksut dari pernyataan tersebut dan jawabnya
Aku:maksut sms mu itu apa din?
Didin:hehe,,gapapa kamu mau gak jadiii……………guru privatku?
Aku:(udah menduga-duga sesuatu) guru privat? Gmana maksute?
Didin:hehe enggak mau gak jadi (lupa dia bilang apa,yang
jelas ini rahasia)
Aku:(diem, mandangin layar gadget, gak tau mau bales
apa,yang jelas jawabanku itu juga rahasia :P )
Keesokan
harinya saat bertemu di sekolah kita pun hanya diam seperti seolah-olah tidak
ada kejadian apa-apa di hari sebelumnya. Karena kita berdua sama-sama malu,
polos, lugu dan imut.
Ucapan
selamat tidur pun masih sama seperti dulu, dengan akhiran sms yang bertuliskan
”I Love You” yang dulu kata-kata itu sempet aku save di gadget aku, saking
senengnya, jadi bisa lihat terus setiap waktuu (cieeh).
Bintang
berganti bulan, dan kini aku sudah menginjak kelas 12 dan Didin kelas 11. Langkahku
terasa semakin berat dimana hidupku di SMK ini tinggal selangkah lagi, dan lagi
ayahku merencanakan bahwa aku akan di kuliahkan di Jogja. Pertama kali aku
mendengar berita itu, yang kuingat adalah Didin. Bagaimana hubungan kita ini,
selesai atau berlanjut sampai nanti??
Keesokan harinya…
Di ruang lab komputer,aku duduk di sebelahnya tepatnya di
belakang dekat pintu(bukan di pojokan)
Aku:din,aku udah kelas kelas tiga dan sebentar lagi aku juga
gak sekolah disini lagi, aku harus ngelanjutin sekolah ku diluar sana, rencanya
aku mau kuliah di Jogja. Terus hubungan kita bagaimana? Lanjut atau berhenti
sampai disini?
Didin:(cuman mandangin layar monitor,gak bilang apa-apa,
seingatku sih)
Aku:yaudah tak tungguin di lantai atas sendiri, di ruang
OSIS.
Waktu itu aku di temenin sama sohibku Mimi(nama samaran) dan
Sisi(nama samaran) (yang intinya aku gak berduaan sama Didin ngomongin masalah
ini). Sampailah Didin di tempat yang sudah ku tunggu-tunggu, berharap gak ada
guru yang tau. Dan ternyata guru emang gak tau hahahaha..(selamet)
Aku: gimana din?
Didin:gini,aku tau kamu emang mau pergi. Dan aku juga mau
bilang kalo sebenernya aku gak boleh pacaran sama kakakku, kalo semisal
ketahuan aku bakal di marahin habis-habisan, dan aku juga takut sama dosa.
Aku:(ternyata kita sama) gak beda din, sebenarnya aku juga
gak bleh pacaran, kakakku ngelarang kalo aku sampe pacaran, dan akupun juga
takut sama dosa(saking polos dan lugunya kita waktu itu)
Didin:jadi gimana?
Aku:yaudah kita jadi temen aja, toh kita kan masih bisa
saling ngasi kabar lewat sms kan?
Didin:iya,bener,yaudah kita temenan yha?
Aku:oke din..
Dan
akhirnya setelah keputusan yang sudah bulat tersebut, kita berteman akrab.
Kitapun tak pernah mengingat-ingat kejadian apa yang pernah terjadi di waktu
dulu. Yang jelas, sekarang kita menjalani hidup kita masing, hidupku hidupku,
hidupmu hidupmu. Tapi bukan berarti acuh, tapi tetap saling membutuhkan.
~singkat cerita~
Akhirnya..setelah
melewati berbagai rangkaian ujian yang
begitu sulit dan melelahkan, aku pun lulus dari SMK ku tersebut. Rasa bangga,
haru, senang bercampur menjadi satu. Tak kan kulupa masa-masa-masa ini, masa
putih abu-abu yang indah yang penuh kisah.
Hari
perpisahan pun tiba, tak berniat mengucapkan selamat tinggal kepada Didin. Tepi
entah mengapa dia tersenyum kepada ku. Dan itulah senyuman terakhir penutup
kisah indah ini.
Inilah
akhir yang bahagia, berakhir tanpa dendam dan permusuhan. Benar-benar sungguh
indah bila saling mencintai karna-Nya, maka segala urusan akan dipermudah. Dan
sekarang aku dan Didin masih berteman baik, dan saling memberi kabar.
(kisah nyata si penulis,kisah terjadi pada tahun 2010-2011
silam).
0 komentar:
Posting Komentar